Tulisan ini adalah sebuah catatan perjalanan dari sudut pandang orang yang baru pertama kali melaksanakan umroh. Orang yang baru pertama kali berpergian ke luar negeri. Orang yang baru pertama kalinya menginjakkan kaki di tanah Haramain, Madinah dan Makkah. Jadi, mohon maaf jika mungkin ada beberapa hal yang kurang dari catatan ini.
Oke kita mulai. Alhamdulillaah. Tanggal 12 Januari 2019 lalu, saya dan istri mendapat undangan dan diberi kesempatan oleh Allah Ta’ala untuk datang ke dua kota penuh keberkahan, Haramain, Madinah dan Makkah. Sebuah undangan yang tidak kami duga, karena datangnya tiba-tiba. Kejutan yang menyenangkan dan menenangkan. Berikut beberapa hal yang bisa kami bagikan dan semoga bermanfaat. Kita bahas tentang Madinah dan sekitarnya dulu ya.
Setting Nomor HP
Saya pakai kartu Indosat. Settingnya mudah. Tinggal pilih *123# kemudian cari menu yang berhubungan dengan paket internet di luar negeri. Kebetulan Indosat punya paket yang berhubungan dengan umroh. Paket 10 hari di luar negeri. Harga sekitar 240 ribuan.
Mata Uang
Mata uang yang berlaku di Arab Saudi adalah mata uang Riyal. Tetapi di beberapa tempat, pedagangnya ada yang welcome dengan mata uang rupiah. Seperti di uhud atau di Jeddah. Banyak yang menyarankan agar menukarkan rupiah ke Riyalnya dilakukan di Arab Saudi saja, bukan di Indonesia. Karena konon nilai tukar rupiah di Arab Saudi lebih menguntungkan.
Bandara Soekarno Hatta
Pesawat yang kami tumpangi ada di Terminal 3. Ada yang bilang bahwa pengecekan isi tas yang akan dibawa ke kabin cukup ketat. Tidak diperkenankan membawa cairan, termasuk sabun maupun minuman. Akhirnya kami pun gak bawa cairan apapun dalam tas yang akan dibawa ke kabin. Akibatnya ? Kami kehausan karena baru dapat fasilitas minum di pesawat setelah sekian jam perjalanan. Pramugarinya yang cantik dan mondar mandir di depan mata makin bikin haus saja. Solusinya, beli minum ditoko-toko di sekitar ruang tunggu (setelah pengecekan), sebelum masuk pesawat. Mahalan dikit gak papa, yang penting jangan kehausan.
Pesawat Saudi Arabia
Pesawatnya enak. Bagi saya yang jarang naik pesawat, kelas ekonominya pun masih manusiawi. Terbukti saya bisa tertidur dalam perjalanan yang kurang lebih berlangsung selama 10 jam itu, hahahaha. Pesawat berkomposisi kursi 3 di kiri, 4 di tengah, dan 3 di kanan. Dapat sekali makan dan sekali snack. Kenyang karena menu dan porsinya mulai kearab-araban. Di sela-sela itu, ada penawaran minum jus, teh, dan kopi.
Riyadh
Jika tujuan awal adalah Madinah, maka pesawat akan transit sebentar di Bandar Udara King Kholid di Riyadh untuk mengisi bahan bakar. Waktunya sekitar satu jam saja. Jadi, penumpang nggak perlu turun. Eh, dapat snack lagi. Kenyang lagi.
Bandara Madinah
Nama Bandaranya Prince Mohammad bin Abdul Aziz. Siapkan Passpor dan Visa kita, dan bersihkan jari2 kita buat keperluan fingerprint. Karena kami datang di malam hari, kondisi bandara terlihat sepi, proses berjalan cukup mudah dan lancar.
Hotel dan Lingkungan Sekitar Masjid Nabawi
Hotel dan Kawasan Perbelanjaan berderet rapi di sekitaran Masjid Nabawi. Kami menginap di Rove Hotel. Nyaman, variasi makanannya banyak, jalan menuju ke Masjid Nabawi hanya sekitar 200 meteran. Adzan Masjid Nabawi terdengar dari sini.
Kawasan perbelanjaannya juga rapi. Banyak pedagang yang mencoba menarik pembeli dengan menggunakan kata-kata dasar berbahasa Indonesia atau melayu. Itu karena kebanyakan pendatang/jamaah di bulan apapun adalah berasal dari Indonesia dan Malaysia. Jika bosan dengan menu hotel, ada tempat namanya Grapari, yang menjual makanan dengan menu Indonesia semacam sate dan soto. Sayangnya, waktu kami mencoba kesana, makanannya sudah habis.
Di sekitar Masjid Nabawi, dan Madinah, jarang hujan. Jadi, tidak perlu takut jalanan becek dan khawatir percikannya bakal menjadi najis, karena jalur yang kita lalui saat berjalan dari hotel menuju Masjid Nabawi umumnya berupa jalan besar beraspal dan berkonblok. Cukup waspada saja pada kotoran burung merpati yang banyak didapati di sekitar lingkungan itu. Mereka banyak bercengkrama di bagian atas hotel dan bangunan yang ada. Sebagian bangunan malah sepertinya dengan sengaja membuatkan rumah buat burung-burung tersebut.
Masjid Nabawi
Mempunyai banyak gerbang dan banyak pintu masuk. Hal pertama yang harus dilakukan adalah segera mengingat nomor gerbang dan pintu masuk masjid. Di luar masjid terdapat beberapa area untuk berwudhu dan mengambil air minum gratis. Ada yang bilang, air minum yang disediakan di luar ini bukan air zamzam.
Masuk ke area masjid, bawa sandal kita ke dalam dan letakkan di tempat yang kita mudah mengingatnya. Air zamzam yang ditampung dalam sejenis gentong-gentong air tersedia melimpah. Tersedia dalam keadaan dingin dan biasa. Saran saya, ambil air zamzam yang biasa saja, untuk mengurangi resiko kena radang tenggorokan, karena perjalanan umroh ini masih jauh dan lama, brader.
Karena ini masjid yang istimewa, usahakan setelah sholat maghrib tidak usah pulang dulu, lanjutin aja sampai waktu isya. Waktu antara maghrib dan isya bisa diisi dengan memperbanyak dzikir, atau mengikuti kajian/halaqoh ( pura2 aja ngerti bahasa Arab hehehe..) yang biasanya dilakukan di beberapa titik di dalam masjid tersebut oleh para guru, atau mengikuti simakan al qur an (biasanya dipimpin oleh seorang syaikh yang awalnya akan membaca sekian halaman, kemudian diulang secara bergantian oleh para peserta simakan sambil saling mengkoreksi bacaannya).
Bisa juga selesai shalat maghrib dan dzikir, kita mengisinya dengan kegiatan melipir menuju tempat terdekat dengan Raudhah, ikutan antri, dengan harapan bisa melaksanakan sholat isya di Raudhah. Atau setidaknya, pas selesai sholat isya, posisi sudah di dekat raudhah.
Oh iya, di setiap ba’da sholat fardhu, jangan langsung sholat sunnah dulu. Karena biasanya, setiap ba’da sholat fardhu, baik itu di Nabawi maupun di Masjidil Haram, akandisambung dengan sholat jenazah. Setiap waktu. Lima kali dalam sehari. Selalu saja ,ada jenazah yang harus disholatkan.
Kecuali maghrib dan shubuh, Jarak antara Adzan dan Iqamah sekitar 30 menitan. Jadi, jika pada saat terdengar adzan kita masih di dalam hotel, masih ada waktu bagi kita untuk bersiap dan berjalan menuju Masjid Nabawi. Sedangkan maghrib, jarak antara adzan dan iqamahnya lebih pendek.
Khusus shubuh, ada dua adzan. Jarak antara adzan pertama dengan adzan ke dua sekitar satu jam. Sedangkan jarak adzan ke dua dengan iqamah sekitar satu jam. Setelah adzan pertama, masih bisa sholat tahajud beberapa rekaat sambil nunggu adzan kedua.
Raudhah.
Sebuah tempat di dalam masjid Nabawi. Letaknya ada di pojok kanan depan Masjid Nabawi. Atau jika dilihat dari luar masjid, dekat dengan kubah berwarna hijau (Makam Rasulullah). Raudhah artinya taman surga. Yang disebut raudhah ini adalah tempat diantara rumah Nabi (tempat Nabi dimakamkan) dengan mimbar yang biasa digunakan untuk memberikan khutbah. Tempat ini istimewa untuk melaksanakan sholat dan berdoa.
Sekarang ada pengaturan antrian dan pembatasan waktu saat di Raudhah, mengingat semakin banyaknya jamaah haji/umrah yang berdatangan silih berganti. Waktu untuk satu grup antrian antara 15-20 menit. Cukuplah untuk mendirikan sholat dua rekaat dan berdoa. Antrian di jamaah laki-laki relatif lebih terkendali, sedangkan di jamaah wanita memang terlihat lebih “ganas”, sampai harus dipasang papan pengingat.
Makam Nabi
Ada tidak jauh dari raudhah, masih di dalam komplek Masjid Nabawi. Makamnya dalam sebuah bangunan tertutup. Kita hanya dapat mengintip dari sela-sela lubang dinding yang melindunginya. Ucapkan salam kepada ketiga orang yang ada di bangunan itu, yaitu Nabi Muhammad SAW, Abu Bakr As Shiddiq, dan Umar Ibn Khattab.
Menangis adalah hal yang wajar saat kita menyadari bahwa Nabi Muhammad, adalah orang pertama yang menunjukkan kita jalan menuju ridha Allah. Pembuka jalan. Pembuka keselamatan nasib kita. Yang selalu memikirkan umatnya bahkan jauh sebelum kita dilahirkan. Bahasa gampangnya nih, inilah orangnya yang pertama kali ngasih tau kita cara masuk surga.
Abu bakr As Shiddiq, shahabat terbaik nabi, yang berjasa dalam menyatukan perpecahan pasca meninggalnya Nabi. Yang menyelamatkan ummat dengan pendapat bahwa meninggalnya nabi bukan berarti berakhirnya Islam.
Umar ibn Khattab, satu dari 10 shahabat yang djamin masuk surga. Jasanya dalam mengembangkan wilayah dan menyebarkan agama Islam sangat besar. Bersamanya, Islam menyebar hingga Persia, Romawi, dan Hindustan, dan menyebar terus ke penjuru dunia, hingga sampai ke kita di Indonesia.
Baqi
Adalah pemakaman masal yang terletak tidak jauh dari Masjid Nabawi. Banyak sahabat Nabi dimakamkan disini, termasuk Utsman ibn Affan. Biasanya ba’da shubuh /fajr dibuka untuk umum, bagi mereka yang ingin melihat kondisi di dalamnya.
Kota Madinah
Kami hanya tiga hari (di bulan Januari) di Kota Madinah, itupun sebagian besar waktunya dihabiskan di sekitaran Masjid Nabawi. Jadi, kami hanya bisa menilai kota Madinah melalui pandangan mata saat kami di sekitar Masjid Nabawi dan saat keliling naik bus (city tour). Kesimpulannya : Madinah adalah kota yang sejuk, damai, tidak ada macet, tapi bisa jadi akan cenderung membosankan dengan bentuk dan warna bangunan yang relatif satu ragam, dengan tidak banyaknya warna hijau tetumbuhan layaknya di Indonesia
Masjid Masjid
Ada beberapa masjid lain selain Masjid Nabawi yang ada di kota Madinah ini yang berkaitan dengan sejarah. Diantaranya adalah Masjid Quba (masjid pertama yang didirikan oleh Nabi), Masjid Ijabah (masjid dimana diijabahnya tiga doa Nabi), Masjid Qiblatain (masjid dua qiblat, dimana terjadi sejarah pertama kalinya arah qiblat diubah dari arah Yerusalem menjadi ke arah Ka’bah di Makkah), Masjid Miqat/Bir Ali, dan beberapa masjid lainnya yang menggunakan nama sahabat semacam Masjid Abu Bakar dan Masjid Bilal.
Bangunan masjid beserta menaranya bagus-bagus. Sangat sepadan dengan warna langit kota Madinah yang umumnya bercorak biru cerah.
Para peserta umroh biasanya akan dibawa ke Masjid Quba untuk melakukan sholat sunnah dua rekaat. Di sekitar sini banyak penjual menjajakan barang dagangannya. Saran saya, jika anda ingin membeli oleh-oleh berupa coklat, belinya di Uhud saja, lebih murah.
Uhud
Terletak tidak jauh dari Madinah. Tempat bersejarah dimana terjadi pertempuran pasca perang badar, yang mengakibatkan syahidnya banyak sahabat nabi, termasuk diantaranya adalah sayyidina Hamzah RA. Sebuah tempat perbukitan yang mencatat beratnya menanggung ketidakpatuhan terhadap perintah Nabi. Sebuah tempat yang bersaksi akan pilunya sebuah keserakahan terhadap harta dunia berupa harta rampasan perang.
Terdapat sebuah bangunan Masjid dan komplek pemakaman di uhud ini. Pemandu tour bilang, Bukit Uhud ini adalah satu-satunya tempat yang ada di dunia, yang akan dibawa, dicetak ulang di akhirat nanti.
Banyak penjual makanan dan oleh-oleh di sekitaran tempat yang berhawa sejuk tapi limpahan sinar mataharinya menyilaukan ini. Harga termurah barang buat oleh – oleh ya disini ini. Ada coklat, tasbih, parfum, berbagai jenis kacang-kacangan, dan souvenir. Harga bisa ditawar, kadang mereka juga mau terima uang rupiah. Tapi hati-hati dengan barang bawaan anda.
Kebun Kurma
Biasanya, jamaah umrah akan dibawa oleh travelnya ke kebun kurma. Ada beberapa travel yang dengan atas nama tidak mau ribet, membawa jamaahnya ke pedagang kurma kiloan. Umumnya kurma yang dijual dari jenis Ajwa, Sukari, dan kurma muda. Jika anda berminat membeli kurma muda, dan anda masih harus ke Mekkah untuk umroh, beli dan makanlah selagi anda masih di Arab. Karena kalau dibawa buat oleh-oleh, biasanya kurmanya sudah berubah menjadi tidak muda lagi, menjadi kurma biasa.
Kesimpulannya, beli saja kurma Ajwa, Sukari, atau lainnya di tempat ini (karena harganya lebih murah dari harga di Makkah), tapi belilah kurma muda di tempat lain (bisa di Makkah, bisa juga di Jiddah/Jeddah menjelang pulang nanti)
Masjid Bir Ali
Namanya Abyar Ali, atau sering juga disebut Masjid Miqat, karena di tempat inilah dimulainya ritual Umrah dengan menetapkan niat. Biasanya jamaah setelah check out hotel Madinah, dengan sudah memakai pakaian ihram (pastikan anda sudah tidak memakai kain berjahit, tidak memakai celana dalam, tidak memakai tutup kepala, tidak tertutup mata kakinya, dan perhatikan ketentuan-ketentuan umroh lainnya) akan dibawa ke Masjid Bir Ali ini untuk sholat sunnah dan berniat. Letaknya tidak jauh dari pusat kota Madinah.
Selesai semua kegiatan di Masjid Bir Ali ini, rombongan akan dibawa menuju kota Makkah. Biasanya menggunakan kendaraan bus, dengan waktu tempuh sekitar 5-6 jam. Jika pengen lebih cepat, bisa saja dari masjid ini balik lagi ke Kota Madinah dan memilih naik Kereta menuju Makkah.
Jika anda memilih naik bus, maka pemandangan padang pasir tandus beserta bukit-bukitnya dengan sesekali diselingi bangunan di pinggir kiri kanannya, akan membuat anda terpesona. Sesaat. Iya, sesaat. Setelah itu anda akan bosan, atau mata lelah, dan kemudian pilihan terbaik adalah : tidur.